CEO Nickel Industries Ltd, Justin Werner, mengungkapkan bahwa lebih dari 25 produsen mobil dan baterai global telah menunjukkan minat mereka untuk membeli nikel dari pabrik baru di Indonesia. Pabrik tersebut, yang menggunakan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL), sedang dibangun di Sulawesi dan dijadwalkan akan selesai pada paruh kedua tahun 2025.

Dengan kapasitas produksi antara 70 ribu hingga 80 ribu metrik ton per tahun, pabrik ini akan memproses dan memurnikan bijih nikel kadar rendah karbon.

Werner menyatakan bahwa minat dari berbagai pihak terhadap produk Nickel Industries sangat tinggi. Dia mengungkapkan hal ini dalam wawancara dengan Channel News Asia pada hari Selasa, 9 April 2024.

Selain itu, pabrik HPAL Nickel Industries tidak hanya akan memproduksi nikel dalam bentuk katoda, tetapi juga campuran endapan hidroksida (MHP) dan nikel sulfat yang penting untuk industri pembuatan baterai kendaraan listrik.

Perusahaan juga sedang aktif mencari investor untuk memiliki sebagian saham di pabrik tersebut.

Ini karena mitra perusahaan, Tsingshan dari Tiongkok, yang bertanggung jawab atas pembangunan pabrik, bersedia menjual sebagian dari kepemilikannya sebesar 45 persen. 

Penawaran pasokan nikel yang melimpah telah berdampak pada penurunan harga nikel sebesar 45 persen pada tahun sebelumnya.

Hal ini telah memberikan tekanan terhadap produsen nikel dengan biaya produksi tinggi, termasuk perusahaan tambang terkemuka seperti BHP dan perusahaan lain di Australia.

Mereka telah menyerukan adanya premi harga yang lebih ramah lingkungan untuk nikel dengan kadar karbon yang rendah.

Standar ambang batas atas untuk nikel dengan kadar karbon rendah telah ditetapkan oleh London Metal Exchange (LME) sebesar 20 ton karbon dioksida (CO2) per ton nikel.

Namun, pabrik HPAL Nickel Industries diperkirakan akan menghasilkan satu ton nikel untuk sekitar delapan ton CO2.

Meskipun demikian, Werner menyatakan keyakinannya bahwa produk mereka akan memenuhi syarat untuk mendapatkan premi harga yang ramah lingkungan.

Produsen mobil dan pembuat baterai sering kali menunjukkan keengganan untuk membayar premi harga yang lebih tinggi untuk bahan baku yang lebih ramah lingkungan.

Mereka cenderung lebih memilih untuk memperoleh nikel dengan harga diskon, meskipun ada pilihan yang lebih berkelanjutan.

Meskipun demikian, pandangan ini tidak sepenuhnya bersifat mutlak.

Indonesia, sebagai salah satu pemasok utama nikel di pasar global, telah mengamankan posisinya karena biaya produksinya yang relatif rendah.

Dengan biaya produksi yang lebih rendah, Indonesia mampu memproduksi nikel dengan harga yang lebih kompetitif dibandingkan dengan negara-negara lain.

Sebagai hasilnya, Indonesia telah mampu memproduksi lebih dari separuh dari total produksi nikel dunia.

Proyeksi untuk masa depan menunjukkan bahwa Indonesia kemungkinan akan terus memegang peranan yang signifikan dalam pasokan global nikel.

Diproyeksikan bahwa pada akhir dekade ini, Indonesia akan menyumbang hampir tiga perempat dari total pasokan global.

Hal ini menandakan bahwa Indonesia akan tetap menjadi pemain kunci dalam dinamika pasar nikel global dalam waktu yang akan datang.

Kunci keberhasilan Indonesia sebagai pemasok utama nikel adalah kombinasi dari berbagai faktor.

Selain biaya produksi yang relatif rendah, negara ini juga memiliki cadangan nikel yang melimpah serta infrastruktur yang mendukung dalam industri pertambangan.

Faktor-faktor ini membuat Indonesia menjadi lokasi yang menarik bagi produsen untuk mendapatkan pasokan nikel yang mereka butuhkan.

Namun, ada tantangan yang perlu diatasi oleh Indonesia dalam menjaga posisinya sebagai pemasok utama nikel di pasar global.

Salah satunya adalah dalam hal keberlanjutan lingkungan. Proses penambangan nikel dapat memiliki dampak negatif terhadap lingkungan, seperti pencemaran air dan kerusakan ekosistem. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk memperhatikan praktik-praktik pertambangan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan untuk meminimalkan dampak negatifnya.

Selain itu, Indonesia juga perlu memperhatikan tuntutan pasar terhadap bahan baku yang lebih ramah lingkungan.

Semakin banyak perusahaan yang mulai memperhatikan aspek lingkungan dalam rantai pasokan mereka.

Ini mencakup penggunaan bahan baku yang diperoleh dari sumber yang berkelanjutan dan proses produksi yang lebih ramah lingkungan.

Oleh karena itu, Indonesia perlu mengembangkan strategi untuk memenuhi tuntutan pasar yang semakin meningkat terhadap produk-produk yang lebih berkelanjutan.

Dalam hal ini, penting bagi Indonesia untuk berkolaborasi dengan pemangku kepentingan lainnya, termasuk produsen mobil dan pembuat baterai.

Melalui kerjasama yang baik, Indonesia dapat mengembangkan solusi-solusi yang memenuhi kebutuhan pasar akan nikel yang ramah lingkungan, sambil tetap memperhatikan keberlanjutan lingkungan dan industri pertambangan.

Dengan demikian, sementara produsen mobil dan pembuat baterai mungkin cenderung enggan membayar premi harga untuk nikel yang lebih ramah lingkungan, terdapat peluang bagi Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pasar yang semakin meningkat akan produk-produk yang lebih berkelanjutan.

Dengan pendekatan yang tepat dan kerjasama antar pemangku kepentingan, Indonesia dapat tetap memainkan peran penting dalam pasar nikel global sambil memperhatikan keberlanjutan lingkungan.

Tim Redaksi

Tingkatkan Pendapatan Desa, Pantai Galung Sumenep Terus Dikembangkan

Artikel Sebelumnya

Dinas Kesehatan Sumenep Gerak Cepat Atasi Stunting

Artikel Selanjutnya

You may also like

More in Opini